dilema perkuliahan

Sabtu, 13 Maret 2010

BAB I. PENDAHULUAN


1.1. Tinjauan Pustaka

klasifikasi dari cendawan Cendawan Fusarium sp adalah sebagai berikut ;
Kindom : Fungi
Divisi : Eumycota
SubDivisi : Deuteromycotina
Kelas : Hypomycetes
Ordo : Moniliales
Famili : Tuberculariaceae
Genus : Fusarium
Spesies : Fusarium oxysporum
Bagian vegetatif jamur pada umumnya berupa benang-benang halus memanjang, bersekat (septa) aatau tidak, disebut hifa. Kumpulan benang-benang hifa disebut miselium. Hifa bercabang-cabang atau tidak, tebalnya 0,5-100 μm. Demikian pula pada seluruh miselium mungkin hanya mempunyai beberpa μm, tetapi dapat pula membentuk lapisan atau benang benang besar yang panjangnya bermeter-meter. Jamur ini didalam tanah dan pada biakan murni membentuk tiga macam spora yaitu : mikrokonidium, makrokonidium, serta klamidiospora. Didalam tanah yang telah terinfeksi jamur bertahan dalam bentuk miselium atau dalam semua bentuk konidiumnya.
Penyebaran jarak pendek melalui air atau alat – alat pertanian yang terkontaminasi, sedangkan penyebaran jarak jauh melalui pemindahan tanaman yang sakit ke tempat lain atau pemindahan tanah yang telah terinfeksi ke tempat lain. Daerah – daerah yang terserang oleh cendawan ini adalah pada pangkal batang dan akar, sedikit dibawah permukaan tanah. Cendawan ini menyerang pertanaman dan penyebarannya sangat luas amper di seluruh dunia. Cendawan ini menghasilkan tiga macam toksin yang menyerang pembuluh xylem yaitu : asam fusaric, asam dehydrofusaric, dan lycomarasmin. Toksin – toksin tersebut akan mengubah permeabilitas membrane plasma dari sel tanaman inang sehingga mengakibatkan tanaman yang terinfeksi lebih cepat kehilangan air daripada tanaman yang sehat. Gejala permulaan dari serangan penyakit ini adalah terjadinya pemucatan daun dan tulang daun, diikuti dengan merunduknya tangkai daun.
Daun layu dan lambat laun berwarna kuning, tangkai daun tersebut bila disentuh akan mudah lepas dan jatuh dari batang utama. Kelayuan terjadi mulai dari daun terbawah dan terus ke daun bagian atas, kelayuan tanaman mungkin hanya terjadi sebagian saja atau dapat juga secara keseluruhan. Keefektifan dari cendawan ini ditentukan oleh banyaknya spora yang diproduksi, karena spora merupakan sumber inokulum yang paling penting dari cendawan . Kapasitas penyebaran dari Fusarium oxysporum merupakan kemampuan mendistribusi dari dalam lingkungan inang. Patogen dapat memiliki virulensi dan daya tahan yang tinggi, tetapi ada kalanya tidak mampu menyebar, tergantung agen biotik. Secara keseluruhan, distribusi Fusarium oxysporum diketahui COSMOPOLITAN. Namun, bentuk-bentuk khusus yang berbeda (f.sp.). F. oxysporum sering memiliki berbagai tingkat distribusi. Fusarium oxysporum dan berbagai formae istimewa telah ditandai sebagai penyebab gejala berikut: vaskular layu, kuning, umbi membusuk, akar membusuk, dan damping-off. Layu vaskular penyebab Fusaria. Karena layu Fusarium yang paling penting adalah penyakit yang disebabkan oleh F. Oxysporum. Secara umum, layu Fusarium pertama kali muncul sebagai urat sedikit membersihkan pada bagian luar daun muda, diikuti oleh epinasty (terkulai ke bawah) dari daun yang lebih tua. Pada tahap pembibitan, tanaman yang terinfeksi oleh F. oxysporum dapat layu dan mati segera setelah gejala muncul.
Pada tanaman yang lebih tua, vena daun epinasty kliring dan sering diikuti oleh stunting, menguning dari daun bawah, pembentukan adventitious akar, layu daun dan batang muda, penggundulan, marjinal daun nekrosis yang tersisa, dan akhirnya kematian seluruh tanaman. Lebih jauh lagi, pada tanaman yang lebih tua, gejala umumnya menjadi lebih jelas selama periode antara buah mekar dan pematangan. Jika sporodochia berlimpah, budaya mungkin tampak krim atau oranye dalam warna. F. oxysporum memproduksi tiga jenis spora aseksual: microconidia, macroconidia, dan chlamydospores [Microconidia] adalah satu atau dua bersel, dan merupakan jenis yang paling melimpah dan spora freqeuntly dihasilkan oleh jamur dalam semua kondisi. Itu juga merupakan jenis yang paling sering spora diproduksi dalam pembuluh tanaman yang terinfeksi. [Macroconidia] tiga sampai lima bersel, secara bertahap menunjuk dan melengkung ke arah ujungnya. Spora ini biasanya ditemukan pada permukaan tanaman dibunuh oleh patogen ini maupun dalam kelompok sporodochialike. [Chlamydospores] bulat, spora berdinding tebal, diproduksi baik pada intercalary mematikan atau miselium lebih tua atau di macroconidia. F. oxysporum adalah berlimpah dan saprophyte aktif dalam tanah dan bahan organik, dengan bentuk tertentu yang patogenik tanaman. Saprophytic kemampuan yang memungkinkannya untuk bertahan hidup di dalam tanah antara siklus tanaman dalam tanaman terinfeksi puing-puing. Jamur dapat bertahan baik sebagai miselium, atau sebagai salah satu dari tiga tipe spora yang berbeda. Tanaman yang sehat dapat terinfeksi oleh F. oxysporum jika tanah di mana mereka tumbuh terkontaminasi dengan jamur. Jamur dapat menyerang tanaman baik dengan kuman sporangial tabung atau miselium dengan menginvasi akar tanaman. Akar bisa terinfeksi secara langsung melalui akar tips, melalui luka pada akar, atau pada titik pembentukan akar lateral. Begitu di dalam tanaman, miselium tumbuh melalui korteks akar intercellulary. Ketika miselium mencapai xilem, itu menyerang pembuluh melalui xilem, Pada titik ini, miselium tetap di kapal, di mana biasanya kemajuan ke atas ke arah dan mahkota batang tanaman. Seperti tumbuh, cabang dan menghasilkan miselium microconidia, yang membawa ke atas di dalam kapal dengan cara getah tanaman sungai. Ketika microconidia berkecambah, yang miselium dapat menembus dinding atas pembuluh xilem, memungkinkan lebih microconidia untuk diproduksi dalam kapal berikutnya. Jamur juga dapat memajukan lateral sebagai miselium menembus berdekatan pembuluh xilem xilem melalui lubang-lubang. Karena pertumbuhan jamur dalam jaringan vaskular tanaman, tanaman pasokan air sangat dipengaruhi.
Kurangnya air menyebabkan daun 'untuk menutup stomata, daun layu, dan akhirnya tanaman mati. Hal ini pada titik ini bahwa jamur menyerang tanaman parenchymatous jaringan, sampai akhirnya mencapai permukaan jaringan yang mati, di mana sporulates kelimpahan. Spora yang dihasilkan kemudian dapat digunakan sebagai inokulum untuk lebih lanjut baru penyebaran jamur. F. oxysporum terutama tersebar di jarak pendek oleh air irigasi dan peralatan pertanian yang terkontaminasi. Jamur ini juga dapat menyebar dalam jarak jauh baik dalam transplantasi terinfeksi atau di tanah. Walaupun kadang-kadang jamur dapat menginfeksi dan mencemari buah bijinya, penyebaran jamur dengan cara benih sangat jarang. Hal ini juga mungkin bahwa spora tersebar oleh angin.


1.2. Tujuan

Kegiatan ini betujuan untuk melihat pola pertumbuhan koloni dan hifa cendawan yang dapat dipengaruhi oleh media tumbuh, Ph media, suhu lingkungan. Selain pertumbuhan juga dilihat pengaruhnya terhadap produksi spora, dan ukuran spora.


BAB II. METODOLOGI

2.1. Bahan dan Alat

Bahan dan alat yang digunakan terdiri dari :
• Media tumbuh meliputi PDA, dektrosa agar, dan ekstrak kentang ( tanpa dekstrosa ) yang diberi antibiotik streptomisin 3000 ppm.
• Biakan murni cendawan Fusarium Oxysporum sp
• Air steril dan alkohol
• Plastik wrape, Aluminium foil, kapas
• Cawan petri
• Lampu bunsen
• Laminar air flow, Autoclave dll

2.1. Prosedur Kerja

Kegiatan dibagi menjadi 3 tahap :
Pertumbuhan cendawan pada media tumbuh yang berbeda: pengaruh Ph yang berbeda pada media tumbuh yang menunjukkan pertumbuhan terbaik, pengaruh suhu yang berbeda pada media yang mempunyai pertumbuhan terbaik.
• Untuk melihat pertumbuhan cendawan pada media biakan ( nutrisi ):
a) Siapkan masing-masing media biakan yang akan digunakan. Cara pembuatan media lihat buku ” Basic Plant Pathology Method “.
b) Tuangkan media yang sudah cair ( suhu ± 40º C ) kedalam petri. Setiap petri tuangkan 10-15 ml, goyang agar media menyebar rata pada permukaan petri. Pengerjaannya dilakukan pada leminar air flowdi ruang isolasi.
c) Jika media pada ruang petri sudah membeku inokulasikan biakan murni cendawan dibagian tengah. Agar biakan tidak terkontaminasi mikroorganisme dari udara luar pada bagian petri di isolasi menggunakan plastik wrape.
d) Inkubasikann kultur cendawan pada suhu kamar ± 30ºC.
e) Pengamatan dilakukan dengan mengukur pertumbuhan koloni cendawan pada hari ke 2,3,4,5 dan 6 setelah inokulasi. Agar memudahkan dalam pengukuran maka pada bidang dasar petri diberi 2 garis bantu ( garis tengah ) yang saling tegak lurus.
f) Pengerjaan pada masing-masing media diulang 4 kali.


• Untuk melihat pertumbuhan cendawan pada suhu yang berbeda:
Cara pengerjaan sama seperti percobaan 1. Media tumbuh yang digunakan adalah PDA. Inkubasi dilakukan pada suhu kamar 20ºC dan 40ºC. Inkubasi pada suhu 20ºC dan 40ºC dilakukan dalam inkubator.

• Untuk melihat pertumbuhan cendawan pada PH media yang berbeda:
Cara pengerjaannya sama seperti percobaan 1. Media tumbuh yang digunakan adalah PDA.
a) Bagilah media PDA menjadi 3 bagian. Buatlah PH masing-masing bagian menjadi 4,6 dan 8.
b) Untuk membuat media asam ( 4 dan 6 ) kedalam wadah teteskan larutan HCL 2% sedikit demi sedikit sampai mencapai PH yang diinginkan. Usahakan agar larutan HCL merata pada setiap penambahan larutan HCL media digoyang-goyang agar larutan merata pada media agar. Pengukuran PH media menggunakan kertas indikator PH ( lakmus ). Untuk membuat PH media kedalam wadah teteskan larutan KOH 3 %.
c) Penambahan HCL atau KOH dilakukan saat media cair ( suhu ± 60ºC ). Setelah PH tercapai media di sterilisasikan dalam autoklaf.
d) Pengerjaan langkah selanjutnya sama seperti pada percobaan 1.
e) Inkubasikan kultur pada suhu kamar.
Harus diperhatikan akibat perubahan Ph maka akan menurunkan kemampuan pembekuan media oleh agar. Untuk itu maka keperluan agar perlu ditambahkan dari biasanya sebanyak 4-5 gram untuk pembuatan media sebanyak 1 liter.

BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Hasil
Tabel 1. Hasil pengamatan pertumbuhan cendawan pada media biakan ( nutrisi ).
ulangan perlakuan rerata diameter pengamatan
hari 1 hari 3
1 pl 3,25 4,95
1 ng 3,55 6,15
1 nk 0 0
2 pl 3,3 5,4
2 ng 3,7 6,15
2 nk 0 0
3 pl 3,2 5,4
3 ng 0 0
3 nk 3,5 6,35



Tabel 2. Hasil pengamatan pertumbuhan cendawan pada suhu yang berbeda.
ulangan Suhu ( ºC ) Rerata diameter pengamatan
hari 2 hari 4 hari 6
1 30 3,2 3,5 0
1 35 4 7 9
1 40 0 0 0
2 30 4 6,9 9
2 35 4 7 9
2 40 0 0 0
3 30 2,66 6,26 9
3 35 3,5 3,06 7,26
3 40 0 0 0



Tabel 3. Hasil pengamatan pertumbuhan cendawan pada Ph media yang berbeda.
ulangan Perlakuan ( Ph ) Rerata diameter pengamatan
hari 1 hari 2
1 ph7 3,1 3.9
1 ph5 2,65 3,95
1 ph3 2,15 2,9
2 ph7 3,1 4,15
2 ph5 2,75 4,1
2 ph3 3,3 4,65
3 ph7 3,1 0
3 ph5 0 0
3 ph3 3,2 4,0

Gambar konidia Fusarium oxysporum








3.2. Pembahasan
3.2.1. Nutrisi
Dalam budaya media padat, seperti agar-agar dekstrosa kentang (PDA), F.oxysporum dapat memiliki penampilan berbeda-beda. Secara umum, miselium udara pertama kali muncul putih, dan kemudian dapat berubah menjadi berbagai warna - mulai dari ungu ke ungu gelap - sesuai dengan regangan (atau bentuk khusus) dari F. oxysporum. Pada percobaan yang dilakukan dalam praktikum ini yaitu mengamati laju pertumbuhan Cendawan F. Oxysporum , yang dilakukan dengan perlakuan antara lain menggunakan media biakan PDA lengkap, non glukosa dan kentang, aktivitas yang di tunjukkan oleh F.oxysporum atau laju pertumbuhan yang diukur dari pertambahan panjang dari konidia F. Oxysporum yang diukur dalam cm, pada hari pertama (1) pengamatan terlihat rerata diameter yang dihitung dalam cm pada media dengan PDA lengkap dengan ulangan 1,2 dan 3 masing-masing adalah 3,25 ; 3,3 dan 3,2 , pada media non glukosa dengan ulangan 1,2, dan 3 masing-masing adalah 3,55 ; 3,7 dan 0 ( terkontaminasi ), dan selanjutnya pada media kentang dengan ulangan 1,2 dan3 masing-masing adalah 0 ; 0 dan 3,5. Selanjutnya pada pengamatan hari ketiga ( 3 ) terlihat rerata diameter yang dihitung dalam cm pada media PDA lengkap dengan ulangan 1,2 dan 3 masing-masing adalah 4,95 ; 5,4 dan 5,4 , pada media non glukosa dengan ulangan 1,2 dan 3 masing-masing adalah 6,15 ; 6,15 dan 0 ( terkontaminasi ) , selanjutnya pada media kentang dengan ulangan 1,2 dan 3 masing-masing adalah 0 ; 0 dan 6,35. Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh , pada ulangan ketiga dengan menggunakan media non glukosa F. Oxysporum telah terkontaminasi oleh bakteri, hal ini terjadi dapat disebabkan oleh ketika penanaman F. Oxysporum didalam cawan petri terlebih dahulu terkontaminasi oleh bakteri dari udara luar.
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah diperoleh diketahui bahwa F. Oxysporum akan laju pertumbuhannnya ketika dibiakkan pada media non glukosa, laju pertumbuhan F.oxysporum dapat dilihat dari grafik laju pertumbuhan F. Oxysporum pada media non glukosa diatas.
Pada perlakuan dengan media biakan ( nutrisi ) ini setelah dilakukan perhitungan menggunakan SAS System diperoleh hasil bahwa pada HR_1 berbeda nyata, dengan Pr > F 0,2776 sedangkan untuk HR_2 tidak berbeda nyata, dengan Pr > F 0,0001.

3.2.2. Suhu
Percobaan kedua yang dilakukan dalam praktikum ini adalah dengan memberikan perlakuan suhu yang berbeda kepada cendawan F. Oxysporum , perlakuan yang diberikan yaitu dengan suhu 30ºC, 35ºC dan 40ºC yang mana suhu 35ºC merupakan suhu kontrol ( suhu ruangan ), sedangkan untuk suhu 30ºC dan 40ºC perlakuan dilakukan dengan menggunakan alat inkubator. Hal ini dilakukan untuk mengetahui pertumbuhan cendawan F.oxysporum pada suhu yang berbeda, sehingga diperoleh hasil dari pengamatan dimana cendawan F.oxysporum memperlihatkan aktivitas yang berbeda terhadap setiap perlakuan yang telah diberikan. Pertumbuhan cendawan F.oxysporum yang diukur berdasarkan perpanjangan konidia dalam cm pada pengamatan pertama ( hari ke 2 ) untuk perlakuan suhu 30ºC dengan ulangan 1,2, dan3 rerata diameter perpanjangan konidianya masing-masing adalah 3,2 ; 4 ; dan 2,66 ; untuk perlakuan suhu 35ºC dengan ulangan 1,2, dan 3 rerata diameter pertumbuhannya masing-masing adalah 4 ; 4 ; dan 3,5 ; dan untuk perlakuan suhu 45ºC semua perlakuan telah terkontaminasi oleh bakteri hal ini dapat disebabkan oleh kurang sterilnya alat yang digunakan pada saat menanam F. Oxysporum ,hal ini juga bisa disebabkan oleh masuknya bakteri dari udara luar pada saat penanaman. Pada pengamatan kedua ( hari ke 4 ) untuk perlakuan suhu 30ºC dengan ulangan 1,2,dan 3 rerata diameter pertumbuhannya masing-masing adalah 3,5 ; 6,9 ; dan 6,26 ; untuk perlakuan suhu 35ºC dengan ulangan 1,2,dan 3 rerata diameter pertumbuhannya masing-masing adalah 7 ; 7 dan 3,06, terjadi kekeliruan pada data jika dilihat pada pengamatan pertama pada ulangan ketiga rerata diameternya adalah 3,5 namun perlakuan pada pengamatan kedua rerata diameternya terjadi peurunan menjadi 3,06 hal ini mungkin terjadi kesalahan atau ketidak telitian dalah pengukuran nya sehingga data yang diperoleh adalah data error atau galat. Untuk suhu 40ºC F. Oxysporum telah terkontaminasi bakteri.Selanjutnya untuk pengamatan terakhir ( hari ke 6 ) untuk perlakuan suhu 30ºC dengan ulangan 1,2,dan 3 rerata diameter pertumbuhannya masing-masing adalah 0 ( untuk ulangan 1 telah terkontaminasi oleh bakteri kemungkinan yang terjadi adalah kesalahan dalam penutupan dan pengisolasian cawan petri sehingga udara dari luar dapat masuk ) ; 9 ;dan9. Untuk perlakuan suhu 35ºC dengan ulangan 1,2,dan3 rerata diameter pertumbuhannya masing-masing adalah 9 ;9 ; 7,26. Dan untuk perlakuan suhu 40ºC terkontaminasi dari awal. Sehingga untuk perlakuan dengan suhu dapat diketahui bahwa cendawan F. Oxysporum dapat laju pertumbuhannya pada keadaan suhu yang berkisar antara 30ºC - 35ºC sehingga cendawan yang menjadi patogen penyakit layu fusarium ini sangat mudah ditemui di daerah tropis seperti indonesia.
Pada perlakuan dengan menggunakan suhu setelah dilakukan perhitungan menggunakan SAS System diperoleh hasil bahwa pada HR_2 tidak berbeda nyata, dengan Pr > F 0,0309, untuk HR_4 tidak berbeda nyata, dengan Pr > F 0,0063, sedangkan untuk HR_6 berbeda nyata, dengan Pr > F 0,0719.



3.2.3. pH
Yang menjadi salah satu faktor lingkungan fisik untuk memungkinkan memacu pertumbuhan atau pan menjadi penghambat pertumbuhan dari cendawan F. Oxysporum yaitu keasaman tanah ( Ph ), karena kebanyakan dari cendawan biasanya hidup di tempat yang mengandung bahan organik yang tinggi dengan keasaman tanah ( Ph ) berkisar antara 3 – 5. Berdasarkan hal tersebut maka dalam praktikum ini yang dilakukan pada cendawan F. Oxysporum yaitu memberikan perlakuan Ph untuk mengetahui kemampuan pertumbuhan cendawan F. Oxysporum pada Ph yang berbeda-beda yaitu ph 7 ( kontrol ), ph 5 , ph 3. Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan sebanyak dua kali yaitu pada hari ke 1 dan hari ke 2 , dimana untuk perlakuan ph 7 rerata diameter pertumbuhannya dengan pengulangan 1,2,dan 3 pada hari ke 1 masing-masing 3,1 ; 3,1 ; 31 dan pada hari ke 2 masing-masing 3,9 ; 4,15dan ; ulangan ke 3 terkontaminasi bakteri dari udara luar hal ini terjadi dapat dikarenakan alat yang telah digunakan sewaktu peletakan cendawan F. Oxysporum pada media kurang steril atau cawan petri tidak tertutup dengan rapat. Untuk perlakuan ph 5 rerata diameter pertumbuhannya dengan pengulangan 1,2, dan3 pada hari ke 1 masing-masing adalah 2,65 ; 2,75 dan ulangan ke 3 terkontaminasi bakteri dari udara luar hal ini terjadi dapat dikarenakan alat yang telah digunakan sewaktu peletakan cendawan F. Oxysporum pada media kurang steril atau cawan petri tidak tertutup dengan rapat dan pada hari ke 2 masing-masing adalah 3,95 ; 4,1 dan ulangan ke 3 terkontaminasi bakteri dari udara luar hal ini terjadi dapat dikarenakan alat yang telah digunakan sewaktu peletakan cendawan F. Oxysporum pada media kurang steril atau cawan petri tidak tertutup dengan rapat. Selanjutnya perlakuan ph 3 dengan ulangan 1,2, dan 3 rerata diameter pertumbuhannya masing-masing adalah 2,15 ; 3,3 dan 3,2 dan pada hari ke 2 masing-masing adalah 2,9 ; 4,64 dan 4, dari hasil pengamatan yang telah diperoleh diketahui bahwa kemampuan cendawan F. Oxysporum untuk melakukan pertumbuhan yang paling baik adalah ketika berada pada kondisi ph yang berkisar antara ph 3- 5.
Pada perlakuan dengan menggunakan suhu setelah dilakukan perhitungan menggunakan SAS System diperoleh hasil bahwa pada HR_1 berbeda nyata, dengan Pr > F 0,2889, dan untuk HR_2 berbeda nyata, dengan Pr > F 0,7170.


BAB IV. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh dari praktikum inokulasi ( Fusarium oxysporum ) yang bertujuan untuk melihat pola pertumbuhan koloni dan hifa cendawan yang dapat dipengaruhi oleh media tumbuh, Ph media, suhu lingkungan. Selain pertumbuhan juga dilihat pengaruhnya terhadap produksi spora, dan ukuran spora, diperoleh kesimpulan bahwa cendawan Fusarium oxysporum dapat tumbuh dengan baik pada media nutrisi nonglukosa dan suhu yang berkisar antara 30ºC - 35ºC dengan keasaman ( ph ) yang berkisar antara 3 – 7 , hal ini terlihat pada hasil pengamatan yang menunjukkan lajunya pertumbuhan Fusarium oxysporum pada keadaan tersebut.
Pada perlakuan dengan media biakan ( nutrisi ) ini setelah dilakukan perhitungan menggunakan SAS System diperoleh hasil bahwa pada HR_1 berbeda nyata, dengan Pr > F 0,2776 sedangkan untuk HR_2 tidak berbeda nyata, dengan Pr > F 0,0001.
Pada perlakuan dengan menggunakan suhu setelah dilakukan perhitungan menggunakan SAS System diperoleh hasil bahwa pada HR_2 tidak berbeda nyata, dengan Pr > F 0,0309, untuk HR_4 tidak berbeda nyata, dengan Pr > F 0,0063, sedangkan untuk HR_6 berbeda nyata, dengan Pr > F 0,0719.
Pada perlakuan dengan menggunakan suhu setelah dilakukan perhitungan menggunakan SAS System diperoleh hasil bahwa pada HR_1 berbeda nyata, dengan Pr > F 0,2889, dan untuk HR_2 berbeda nyata, dengan Pr > F 0,7170.




DAFTAR PUSTAKA


Nuryani, W., I. Djatmika, D. S. Badriyah dan H. J. M. Lofler. 2001. Skrining kultur Galadiol terhadap patogenesitas tiga isolat Fusarium oxysporum f. sp. Gladiol. J. Hort. 11:119-124.
Sastrahidayat, I. R. 1986. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Usaha Nasional Surabaya. Indonesia.
Semangun H. 1991. Penyakit-penyakit Tanaman Pangan di Indonesia. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

1 komentar: