dilema perkuliahan

Sabtu, 13 Maret 2010

KATA PENGANTAR



Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan hidayah-Nya Makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah “ MEKANISASI PERTANIAN ” yang kami buat ini menyangkut tentang “ Penerapan Mekanisasi Pertanian “ . Adapun tugas makalah yang disusun ini berasal dari berbagai sumber, diantaranya berasal dari buku-buku perpustakaan dan internet. Makalah ini merupakan tugas terstruktur yang ditujukan untuk memenuhi tugas terstruktur mata Kuliah Mekanisasi Pertanian.

Penyusun menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak (teman-teman dan dosen pengasuh mata kuliah ini) sehingga tugas ini dapat dikerjakan dan selesaikan dengan sesungguh-sungguhnya. Akhir kata , semoga penyusunan makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amien…



Pontianak, April 2008

















DAFTAR ISI



Kata pengantar………………………………………………………………….………i
Daftar isi………………………………………………………………………………. ii
BAB I. PENDAHULUAN………………………………………………………….…. 1
A. Pengertian Mekanisasi Pertanian………………………………………...…. 1
BAB II. ISI ……………………………………………………………………………. 2
A. Penerapan Mekanisasi Pertanian di Indonesia…………………......……….. 2
B. Jenis Peralatan………………………………………………………..…….. 4
C. Spesifikasi Teknis Peralatan Efisiensi dan Biaya………………………...… 5
D. Bentuk Kemitraan………………………………………………………...… 5
Pembahasan……………………………………………………………… 7
BAB III. KESIMPULAN DAN SARAN…………………..…………………………. 9
A. Kesimpulan………………………………………………………………….. 9
B. Saran………………………………………………………………………… 9
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………. 10

BAB I. PENDAHULUAN


A. Pengertian Mekanisasi Pertanian

Selama ini mekanisasi pertanian sering diberi pengertian identik dengan traktorisasi. Pengertian yang keliru ini perlu diluruskan, karena mekasisasi pertanian dalam pengertian Agriculture Engineering, mencakup aplikasi teknologi dan manajemen penggunaan berbagai jenis alat mesin pertanian, mulai dari pengolahan, tanah, tanam, penyediaan air, pemupukan, perawatan tanaman, pemungutan hasil sampai ke produk yang siap dipasarkan.
Dari tujuannya, aplikasi mekanisasi pertanian dimaksudkan untuk menangani pekerjaan yang tidak mungkin dilakukan sevara manual, meningkatnya produktivitas sumberdaya manusia, efisien dalam penghgunaan input produksi, meningkatkan produktivitas dan kualitas dan memberikan nilai bagi penggunanya. Penerapan mekanisasi pertanian menuntut adanya dukungan berbagai unsure, seperti tenaga professional dibidang menajemen, teknik, / mekanik, operator, ketersediaan perbengkelan , ketersediaan bahan bakar, pelumas suku cadang serta ketersediaan unsure-unsur pendukungnya, merupakan persyaratan agar mekanisasi pertanian mampu dikembangkan dan dirasakan manfaatnya sesuai dengan tujuan modernisasi pertanian.





BAB II. ISI


A. Penerapan Mekanisasi Pertanian di Indonesia

Meskipun dalam jumlah dan jenis peralatan yang terbatas, alat mesin pertanian telah lama digunakan di indoesia, terutama di perkebunan-perkebunan. Sedangkan yang dapat dicatan sebagai awal perkembangan penggunan alat mesin secara besar-besaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh PN Mekatani sekitar tahun enem puluhan. Kegagalan yang kemudian dialami PN mekatani, selain disebabkan pleh masalah teknis dan manajemen, kondisi lingkungan pada waktu itu belum mendukung pengembangan mekanisasi pertanian untuk tanaman pangan. Perkembangan / kemajuan teknologi dibidang pertanian masih berjalan lambat. Pakar sosiologi masih mengawatirkan akan meningkatnya pengangguran akibat mekanisasi, karena 70 – 80 % penduduk masih menggantungkan hidupnya disektor pertanian. Dari aspek ekonomi penggunaan alat mesin pertanian masih dianggap terlalu mahal.
Dalam rangka peningkatan produksi pangan di daerah yang belum mendapat pelayanan irigasi, Departemen Pertanian di awal PJP-1 ( sekitar 70 an ), telah menyebarkan pompa air yang disertai dengan pelatihan teknis penggunaan maupun pengelolaannya di tingkat petani. Di Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Aceh, Jambi, Sulawesi Selatan. Dalam program ini sebagian berhasil dan sebagian lagi mengalami kegagalan. Kalau dikaji Kegagalannya, selain masalah kesulitan suku cadang, dukungan perbengkelan dan masalah teknis lainnya, pada umumnya disebabkan oleh pelaksanaan manajemen operasi dan perawatan yang menyimpang dari ketentuan.
Dengan adanya revolusi hijau, yaitu munculnya varietas padi unggul, PB 5 dan PB 8, mekanisasi pertanian secara selektif semakin berkembang, meskipun tetap diwarnai berbagai kelemahan. Salah satunya adalah masalah penggunan mesin penyosoh beras ( huller ). Yang hampir semuanya di impor dari jepang. Secara teknis peralatan tersebut kurang sesuai dengan tingkat kekerasan kulit gabah di Indonesia, sehingga banyak nears yang hancur.
Sekitar tahun 1985 / 86, beberapa pabrik tebu di Sumatra mengoperasikan alat penebang tebu ( harvester ). Mesin ini yang di negeri pembuatannya ( Jerman ) dan beberapa Negara lainnya banyak digunakan karena kinerjanya yang baik, penggunaannya dikebuntebu tersebut dinyatakan tidak efisien, banyak tebu tertinggal tidak terpotong ( 20% ) dan akhirnya penebangan tebu dikembalikan ke system manual. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa pemilihan alat tersebut tidak tepat. Spesifikasi teknis serta persyaratan penggunaannya tidak sesuai dengan kondisi kebun dan tebu yang akan ditebang, bentuk, ukuran dan kelandaian kebun tidak sesuai dengan persyaratan penggunaan mesin tersebut. Disamping itu pisau pemotong yang seharusnya diasah kembali setiap jumlah jam pemakaian tertentu tidak dilakukan dan pokok tebu yang ditebang tidak tumbuh tegak, tetapi banyak yang rebah.
Dipulau lombok terdapat sekitar 120 sumur dalam ( deep well ) yang di lengkapi dengan pompa air yan dikembangkan oleh Proyek pengembangan Air tanah, Dep. Pekerjaan Umum, untuk membantu pengairan. Tetapi belum banyak petani yang mau memanfaatkan sarana tersebut, karena biayanya dianggap terlalu mahal. Dalam tahun 1994, untuk satu jam pengoperasian pompa dikenakan biaya sebesar Rp 1500, ( debit antara 8 – 15 l/detik ). Tetapi karena penyaluran air dari pompa ke petak sawah petani masih menggunakan saluran tanah, banyak air hilang selama penyalurannya, sehingga petani harus membayar lebih mahal untuk jumlah air yang dibutuhkan karena diperlukan jam operasi pompa lebih lama. Dalam hal ini, tidak adanya unsure pendukung berupa system penyaluran air yang efisien, menjadi penyebab pelayanan jasa air dengan pompa urang diminati oleh petani.
Dalam pelaksanaan penyiapan lahan diProyek lahan Gambut ( PLG ) Kalimantan Tengah selama 1996/1997 telah berpuluh-puluh bajak singkal yang patah, karena pengoperasiannya dan manajemen yang kurang tepat dan keadaan lapangan yang tidak memenuhi persyaratan ( banyaknya akar/ tunggul tertinggal ) untuk pengolahan tanah dengan traktor tangan yang dilengkapi bajak singkal.
Pengembangan penerapan mekanisasi ditingkat petani tidak berarti bahwa setiap petani harus memiliki sendiri peralatan yang yang diperlukan, mengoperasikan dan mengolahnya. Penerapan mekanisasi memerlukan investasi, memerlikan sumber daya manusia yang berpengetahuan teknik/mekanik, manajemen pengoperasian dan perawatan, dukungan perbengkelan, suku cadang dan sebagainya. Pengembangan penerapan mekanisasi pertanian dapat dapat dilakukan dengan memberikan bantuan penyelesaian pekerjaan berbagai jenis kegiatan usaha tani yang diperlukan dan tidak mampu dikerjakan oleh petani dengan menggunakan alat mesin pertanian. Karena alas an kekurangan tenaga maupun dari mahalnya upah kerja. Sehingga penerapan mekanisasi pertanian bagi petani, dapat dirasakan manfaat tanpa menambah beban permasalahan teknis, manajemen dan pembiayaan.
Pada saat ini terdapat dua system yang sudah berkembang yaitu system pemilikan dan system pemilikan jasa. Di pusat-pusat produksi beras seperti di Jawa atau Sulawesi Selatan telah banyak petani yang memiliki alat mesin pertanian, karena telah berpengalaman menguasai teknik mekanik, berkemampuan dalam pengoperasian dan pengelolaan, disamping kemudahan dalam memperoleh suku cadang, dukungan dan sebagainya.Bersamaan dengan itu, selain pelayanan penggilingan beras yang telah lebih dulu, juga telah berkembang usaha-usaha pelayanan jasa pengolahan tanah, penyediaan air dan sebagainya. Sistem ini telah berkembang karena adanya keuntungn bagi kedua belah pihak, yaitu bagi pemilik/pengelola alat mesin pertanian maupun bagi penerima pelayanan jasa yaitu petani.
Berkembangnya system pelayanan jasa mekanisasi pertanian, selain dari pertumbuhan pabrik penggilingan padi, antara lain dapat dilihat dari perkembangan pelayanan jasa pengolahan tanah menjelang musim tanam padi seperti dipusat produksi padi di pantai utara Jawa, atau Sidrap dan Pinrang di Sulawesi Selatan, atau system pelayanan air dengan pompa oleh swasta untuk padi/palawija di Wajo Sulawesi Selatan dan didaerah Bojonegoro di Jawa Timur, pelayanan jasa pengolahan tanah untuk mengejar waktu tanam tebu di Kalimantan Selatan ( Pleihari ), bahkan pelayanan listrik di daerah transmigrasi oleh swasta yang memiliki generator juga dapat dijumpai disalah satu UPT di Kalimantan Barat.


B. Jenis Peralatan

Seperti telah dikemukakan bahwa dalam pengertian Agriculture Engineering, tercakup berbagai alat mesin pertanian, mulai pengolahan tanah sampai pasca panen. Jenis mana diantara berbagai alat tersebut yang diperlukan, ditentukan oleh jenis pekerjaan dalam kegiataan usaha tani yang dianggap memerlukan bantuan tenaga mekanis dan masih dalam batas yang wajar dalam perhitungan biaya produksi.
Kalau dilihat dari sebaran dan besarnya jumlah kerja yang diperlukan ( biasanya dinyatakan dengan jumlah hari orang kerja atau HOK ), khususnya untuk padi, yang terbanyak memerlukan tenaga adalah pekerjaan pengolahan tanah, kemudian panen dan tanam. Terbangkalainya pekerjaan-pekerjaan tersebut juga terlihat di beberapa daerah transmigrasi, baik di Sumatra maupun di Kalimantan. Disamping itu oleh perbedaan iklim antar daerah atau lokasi, khususnya sebaran hujan dalam kaitannya dengan masa tanam dan varietas unggul yang berumur pendek, maka tidak jarang masa panen padi jatuh dalam bulan basah ( masih banyak hujan ), sehingga pengeringan menjadi masalah. Di daerah Cilamaya, Kerawang Jawa Barat petani telah mulai menanyakan alat tanam ( Transplanter ), karena tenaga kerja untuk tanam semakin sukar diperoleh dan kalaupun ada, besarnya upah kerja sudah dianggap terlalu mahal. Gambaran diatas menunjukkan bahwa jenis alat mekanis yang diperlukan, spesifik ( berbeda ) untuk setiap daerah dan tidak dapat disama ratakan, tergantung dari ketersediaan tenaga kerja, iklim dan pola/masa tanam setempat disamping pertimbangan biaya.


C. Spesifikasi Teknis Peralatan Efisiensi dan Biaya

Dipantura Jawa Barat ( Indramayu, Pamanukan, Subang, Kerawang sampai Serang ), banyak petani yang memiliki dan sekaligus memberikan pelayanan jasa pengolahan tanah kepada petani lain yang tidak memiliki traktor. Jenis traktor roda dua yang dipergunakan dikenal dengan sebutan kerbau besi, yaitu jenis traktor buatan local ( suatu bengkel di Indramayu ).Traktor ini hanya mempunyai kopling ( clutch ) tanpa versnelling. Jenis ini begitu banyak diminati oleh petani, karena dari segi konstruksi, perawatan dan perbaikan oleh petani tidak rumit, penggantian suku cadang mudah, harga terjangkau, hasil pekerjaan dianggap cukup memadai dan luwes dengan kondisi persawahan di Pantura Jawa Barat dengan bentuk dan luasan petak yang beragam. Bagi penerima jasa pelayanan, biaya pengolahan tanah masih wajar ( Rp 75000 – 100000/ h siap tanam, pada th 1994/1995 ) dan bahkan lebih murah disbanding dengan tenaga ternak ( sekitar Rp 150000 ).

D. Bentuk Kemitraan

Bentuk kemitraan antara lembaga atau wiraswastawan pemilik modal, teknologi dan manajemen dengan petani adalah suatu bentuk kerjasama yang telah dicanangkan dalam kebijaksanaan pemerintah untuk memacu pembangunan pertanian dalam PJP II selain tekhnologi dan manajemen, kelemahan dalam bidang pemasaran produk sampai saat ini masihmenjadi kendala dipihak petani. Dalam skala dan usahatani yang berbeda model kemitraan telah berjalan dan berkembang. Karena itu untuk lebih mengembangkan mekanisasi pertanian ( bukan hanya dalam pengertian aplikasi tetapi juga industri alat mesin pertanian ). Perlu dikaji kemungkinan pengembangan bentuk kemitraan yang tidak terbatas pada pelayanan jasa mekanisasi tetapi diperluas dengan system pemasaran produk pertanian yang saling menguntungkan kedua belah pihak.

Fisik lingkungan kerja Spesifikasi Teknis

Jenis pekerjaan, Harga
Jenis komoditi, Pola/masa Jaminan Purna Jual
Tanam, iklim/Sebaran hujan

Volume pekerjaan/ Kapasitas
Luas arel yang ditanami








Biaya produksi ( ? )


Pembahasan

Dengan isu-isu globalisasi, akhir-akhir ini semakin sering terdengar pendapat sejumlah petinggi Negara yang menyatakan perlunya modernisasi sector pertanian. Baik melalui ceramah, seminar maupun perbincangan dan wawancara di televisi. Tujuannya adalah untuk meningkatkan status petani kejenjang yang lebih baik dalam waktu yang lebih singkat guna meningkatkan produktivitas dan pendapatannya. Salah satu sarana yang sudah dianggap sebagai suatu kebutuhan untuk mencapai tujuan tersebut adalah penerapan mekanisasi pertanian. Hal ini antara lain didorong oleh kenyataan adanya : Kecendrungan semakin berkurangnya tenaga kerja ( manusia maupun ternak ) di pedesaan, terutama didaerah pedesaan yang berdekatan dengan kota-kota pusat pertumbuhan ekonomi, dan Kurang produktifnya lahan-lahan pertanian yang sudah di sediakan pemerintah untuk transmigran di luar jawa, karena tidak tergarap oleh keterbatasan tenaga keluarga transmigran.
Keadaan ini juga dikhawatirkan akan mengganggu program pemerintah untuk mempertahankan swasembada pangan, pengembangan produk komoditi lainnya dan meluasnya lahan tidur ( tidak tergarap / produktif ).
Pertanian modern atau pertanian berbudaya industri ( istilah yang banyak dipakai saat ini ) adalah pertanian yang dikelola dengan kaidah-kaidahindustri. Yaitu pertanian yang berorientasi pasar, serta efisian dan efektif didalam penggunaan setiap sarana ( input ) produksi ( bibit, pupuk, peralatan dsb ) untuk mencapai produktifitas, kualitas dan keuntungan yang maksimum. Mekanisasi pertanian, meskipun saat ini sudah dianggap sebagai suatu sarana untuk mewujudkan pertanian modern, namun perlu disadari bahwa keberhasilan penerapan mekanisasi memerlukan ketepatan teknologi dan manajemen, disamping berbagai factor pendukung lainnya. Sehingga mekanisasi dapat mencapai tujuan yang dicita-citakan dan bukan sebaliknya, yaitu justru menambah masalah dan beban biaya produksi bagi petani.
Petani Indonesia pada umumnya berpendidikan rendah. Untuk mengintroduksi teknologi baru maka diperlukan pelatihan dan pendidikan agar petani mampu mengoperasikan alsintan dengan baik dan aman. Pelatihan dan pendidikan ini juga dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani sehingga dapat mengembangkan diri di sub sektor lain maupun di bidang agroindustri, serta memajukan cara berpikir petani.
Dengan penyediaan jasa penyewaan mesin, petani kecil yang tidak sanggup membeli alsintan dapat tertolong. Mereka dapat menggunakan mesin dan mendapatkan manfaat dari mesin tanpa harus mengeluarkan biaya besar untuk membelinya. Selain itu, petani yang berfungsi sebagai kontraktor dapat mendapatkan manfaat ganda. Mereka dapat memperoleh keuntungan dari pemanfaatan mesin maupun dari penyewaan mesin. Usaha jasa penyewaan alsintan oleh kelompok tani dan KUD kurang menguntungkan karena rendahnya profesionalisme dan pengelolaan yang kurang baik. Karena itu, kemampuan manajemen kelompok tani atau KUD perlu ditingkatkan agar mampu mendapatkan keuntungan dari usaha sewa jasa yang dilakukan. Untuk mendukung perkembangan lembaga-lembaga tersebut di atas, maka peran pemerintah sangatlah penting. Kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan pemerintah baik itu di bidang mekanisasi pertanian, pertanian secara umum, perdagangan, perindustrian, keuangan, keagrariaan, maupun ketenagakerjaan dan pendidikan diharapkan dapat diselaraskan dalam mendukung perkembangan mekanisasi pertanian di Indonesia
Dari contoh diatas dapat ditarik suatu kesimpulan, bahwa suatu jenis alat mesin pertanian, apabila telah diyakini, mampu menyelesaikan berbagai jenis kegiatan yang diperlukan, sesuai dengan kondisi setempat, teknis operasi, perawatan, dan pengelolaan dapat dikuasai dan dirasakan kegunaannya, oleh petani penerima jasa palayanan, maka penerapan mekanisasi dapat berkembang secara wajar.
Secara umum contoh tersebut juga menunjukkan bahwa spesifikasi teknis yang didasari kesesuaiannya dengan jenis pekerjaan dan kondisi lingkungan kerja alat, kemudahan dalam perawatan/perbaikan dan suku cadang, menjadi persyaratan awal dalam pemilihan suatu jenis aolat suatu mesin pertaian. Selanjutnya kapasitas merupakan dasar untuk menentukan jumlah alat yang layak untuk jenis dan volume pekerjaan atau luas areal yang dapat dilayani dan dengan dukungan system pengopeasian dan system pengelolaan yang professional, akan diperoleh pemakaian alat mesin yang efisien dan biaya pemakaian yang wajar dan tidak menambah beban biaya produksi usahatani bagi pengguna dan penerima pelayanan jasa mekanisasi.





BAB III. PENUTUP


A. Kesimpulan

Mekanisasi pertanian sering diberi pengertian identik dengan traktorisasi. Pengertian yang keliru ini perlu diluruskan, karena mekasisasi pertanian dalam pengertian Agriculture Engineering, mencakup aplikasi teknologi dan manajemen penggunaan berbagai jenis alat mesin pertanian, mulai dari pengolahan, tanah, tanam, penyediaan air, pemupukan, perawatan tanaman, pemungutan hasil sampai ke produk yang siap dipasarkan. Meskipun dalam jumlah dan jenis peralatan yang terbatas, alat mesin pertanian telah lama digunakan di indoesia, terutama di perkebunan-perkebunan. Pengembangan penerapan mekanisasi ditingkat petani tidak berarti bahwa setiap petani harus memiliki sendiri peralatan yang yang diperlukan, mengoperasikan dan mengolahnya. Penerapan mekanisasi memerlukan investasi, memerlikan sumber daya manusia yang berpengetahuan teknik/mekanik, manajemen pengoperasian dan perawatan, dukungan perbengkelan, suku cadang dan sebagainya.

B. Saran

Dari berbagai factor diatas, maka penerapan mekanisasipertanian yang efisien, baik oleh pemilik perorangan maupun lembaga pelayanan jasa, memperlakukan system operasi dan pengelolaan yang efisien. Untuk ini diperlukan ketersediaan tenaga kerja ( sumber daya manusia ) berlatar belakang pengetahuan teknik, mekanik, pertanian dan manajemen yang terhimpun dalam suatu lembaga yang dilengkapi dengan fasilitas perbengkelan.



DAFTAR PUSTAKA


Ciptohadijoyo, S., 1999, Alat dan Mesin Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada, Jogjakarta
Darun, S. Matondang, Sumono, 1983, Pengantar Alat dan Mesin-Mesin Perkebunan, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan
Harris Pearson Smith, A.E., Lambert Henry Wilkes, M. S., 1988 Farm Mechinery and Equipment, Tata McGraw-Hill Publishing Company Ltd, New Delhi
http://katalog.ipb.ac.id/jurnale/files/Aris_Priyanto_penerapan_mekanisasi_pertanian.pdf

Irwanto, A.K., 1983, Alat dan Mesin Budidaya Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Purwadi, T., 1999, Mesin dan Peralatan, Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada, Jogjakarta
Sukirno. 1999, Mekanisasi Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada, Jogjakarta

1 komentar: